Hakim mengetuk palu 3 kali. Sidang yang berlangsung selama beberapa jam itu berakhir sudah. Hukuman sudah ditetapkan, para saksi beranjak pergi begitu hakim meninggalkan ruangan sidang. Di sudut ruangan seorang pria bertubuh besar ditemani beberapa pengawal dan pengacara tersenyum penuh kemenangan, itu adalah kemenangan telak bagi mereka. 


Sementara di depan meja hakim, seorang gadis berambut hitam panjang dengan pakaian serba oranye - khas pakaian para penjahat - mulai digiring oleh beberapa polisi untuk memasukkannya ke dalam sel penjara, sementara mata sang gadis  tak pernah lepas mentap pria besar itu dengan penuh kebencian.


***


8 bulan sebelumnya 


Seorang pria bertubuh tinggi dengan mata kecoklatan sedang asyik menikmati kopi hitamnya. Sudah 1 jam ia menunggu kliennya untuk diwawancarai, namun yang ditunggu belum juga tiba. Sampai tiba-tiba tak jauh dari tempat ia berdiri, terdengar suara keributan. Ia menoleh mencari sumber suara, ternyata itu adalah seorang perempuan -yang usianya mungkin sama dengannya- sedang beradu mulut dengan beberapa laki-laki hingga perempuan itu terlihat terpojok.


Awalnya ia acuh saja melihat pertengkaran itu, namun lama-kelamaan ia menjadi geram dan risih melihat dalam keributan itu sang pria mulai bermain fisik. Tanpa pikir panjang ia berdiri dari kursi nya dan lantas membantu perempuan itu. 


***


"Terimakasih sudah membantu, para laki-laki itu memang suka memaksa" perempuan itu meminum kopi yang dipesannya beberapa saat lalu. 


"Oh iya perkenalkan, namaku Saki, siapa namamu?" 


"Glenn" jawab pria itu singkat.


"Ah baiklah, ngomong-ngomong aku melihatmu sedari tadi di sini apa yang sedang kau lakukan?" Tanyanya.


"Sedang menunggu klien ku, aku ingin mewawancarai nya untuk keperluan laporan pekerjaan ku" jawab Glenn.


"Oh ya? Siapa nama Klien mu?" 


"Bapak Lintang" seketika gadis itu tersenyum. 


"Kebetulan sekali, aku mengenal beliau. Boleh aku membantu mu untuk laporan pekerjaan mu? Ya anggap saja ini balas budi karena telah menolongku tadi" ia berkata dengan antusias.


Glenn yang mendengar kalimat Saki terlihat sedikit terkejut, ini pertama kalinya ada orang yang mau membantu nya. Selama ini bahkan dikantornya pun ia jarang bersosialisasi. 


"Tentu saja boleh, terimakasih banyak" Glenn sedikit menundukkan kepalanya. 


Akhirnya Saki membantu menyelesaikan semua laporan pekerjaannya, baginya bertemu dengan orang-orang penting di kota itu bukan hal yang sulit, mengingat dia sendiri adalah asisten dari pejabat di kota itu. 


Glen merasa sangat beruntung bisa bertemu Saki. Karena sudah 3 hari ini ini ia berusaha menemui pak lintang untuk dimintai keterangan terkait kebakaran salah satu perusahaan miliknya pekan lalu. Namun masih tidak ada hasilnya. Kehadiran Saki benar-benar seperti malaikat penolong bagi dirinya. 


Semenjak itu dua anak manusia yang tak pernah saling kenal itu, Justru menjadi sangat akrab. Hampir setiap pulang kerja baik Glenn ataupun Saki menyempatkan diri untuk bertemu, saling bertukar cerita mereka tentang hari ini. 


Sebulan kemudian laporan Glenn selesai sudah. Dengan adanya Saki di sisinya, Pak Lintang jadi lebih menyempatkan waktu bertemu dirinya dibandingkan jurnalis yang lain. 


"Terimakasih Saki, kamu benar-benar yang terbaik" Ucap Glenn. 


"Ah tidak masalah. Aku hanya membantu sebisaku" Ucapnya. 


"Mau ku beli kan es Krim?" Saki langsung mengangguk antusias. Hujan, Senja, dan es krim adalah hal yang paling disukai gadis itu. Dan Glenn tau hal itu. 


Tak lama Glenn datang dengan satu cup ice cream rasa stroberi di tangan kanannya. Ia lalu memberikan nya pada Saki. 


"Terimakasih" 


Glenn kembali duduk di samping Saki. Sejak tadi ada perasaan yang mengganjal di hati pria itu. 


"Kamu baik-baik saja Glenn?" Tanya Saki, menyadari raut wajah Glenn yang tidak seperti biasanya. 


Glenn menelan saliva nya. "Begini... Laporan yang 1 bulan terakhir ini kita kerjakan ternyata menuai hasil positif di kantorku, bosku sangat menyukainya. Jadi Ia mengambil keputusan bahwa aku akan jadi perwakilan dari kantorku untuk pergi ke Seoul. Ada sesuatu yang harus dikerjakan disana" kalimat itu keluar juga akhirnya, Glenn terdiam menunggu reaksi dari Saki. Sebenarnya pria itu juga bimbang, antara senang karena akan pergi ke Korea namun di satu sisi hatinya seperti tidak ingin pergi dari Saki. 


Saki menghabiskan ice Cream miliknya. "Berapa lama?" Tanya nya. 


"Sekitar 7 bulan" jawab Glenn.


Saki terdiam sesaat, namun ia memaksa kan senyuman nya "Ya baiklah, semoga beruntung di sana. Aku akan menunggu mu kembali" ia menepuk pundak Glenn pelan. Glenn hanya tersenyum tipis, perasaan nya sedikit lebih lega. Setelah nya mereka hanya saling membisu

Glenn masih asik menikmati pemandangan di depannya, bola mata kecoklatan nya tak kunjung berkedip sedari tadi. Kala itu sudah beranjak sore, burung-burung berpulang di langit oranye, dan beberapa anak bermain kejar-kejaran tak jauh dari mereka. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri, sambil menikmati senja saat itu. 


"Beruntung sekali anak-anak itu ya, tertawa lepas seperti tidak punya masalah sama sekali" Saki memulai pembicaraan, setelah beberapa menit mereka berdua hanyut dalam diam.


"Seandainya aku dulu seperti itu" Glenn lantas menoleh mendengar perkataan Saki.


Glenn lalu bertanya pada Saki "Apa kamu tidak pernah bermain Saki? Maksud ku seperti anak-anak itu" Saki menggelengkan kepalanya perlahan sambil tersenyum. Glenn hanya diam, terus menatap Saki yang masih asik memperhatikan langit kota yang mulai menguning.


"Kamu tau Glenn, tidak semua anak memiliki masa kecil yang menyenangkan. Saat aku masih sekolah, orang tua ku meninggal akibat sebuah kecelakaan. Mereka berdua meninggal seketika. 

Dan akhirnya hanya tinggal aku dan adikku, sejak dulu aku tak punya waktu untuk bermain. Aku terlalu sibuk menghidupi kami. Aku sudah berjanji pada kedua orangtuaku untuk menjaga adik perempuan itu." 


Glenn memandang takjub ke arah Saki, gadis itu menceritakan semua itu tanpa terlihat kesedihan sedikit pun seperti seseorang yang sudah berdamai dengan masa lalunya. Ia masih sibuk memandang langit, cahaya kekuningan mentari membias wajah manisnya. Diam-diam Sebuah senyum terbesit di wajah Glenn yang selalu terlihat kaku itu. Sebuah senyum tulus yang entah sudah berapa tahun tak ia tunjukkan pada dunia.


"Aku sangat beruntung memiliki teman seperti mu Saki. Sungguh. Aku sangat beruntung memiliki teman sekuat dirimu." Akhirnya Saki menolehkan kepalanya. Dilihat nya Glenn yang sedang memandangi nya sambil tersenyum. 


"Aku juga beruntung memilikimu Glenn, mempunyai teman baik dan tampan seperti mu adalah anugerah terindah dari tuhan untukku. " Glenn langsung memalingkan wajahnya saat saki mengatakan 'tampan'. Ia tak ingin Saki tau bahwa dirinya tersipu dipuji seperti itu.


" Aku akan selalu menguatkanmu, selayaknya kamu menguatkan ku Saki, Dan sampai kapanpun aku tak akan melupakan mu" 


Saki tersenyum mendengar perkataan Glenn.


*** 


"Hari ini, Seoul masih ditutupi dengan selimut putih yang semakin menebal setiap harinya Saki. Salju terus turun setiap hari, hawa dingin senantiasa menusuk hingga terasa ke dalam tulang ku setiap saat. Apalagi pekerjaan ku mengharuskan ku keluar setiap saat. Berlapis-lapis mantel bulu yang ku kenakan tak mampu menghangatkan diriku. Aku rindu senja yang menguning di langit kota saat berdua bersama mu. Bagaimana suasana senja di sana? Saat kau membaca pesan ku? " 


Glenn menekan tombol 'send' di keyboard laptop miliknya. Itu adalah e-mail ke 5 yang ia kirimkan sejak ia tiba di negeri gingseng 6 bulan yang lalu. Ia sengaja tak membaca ulang pesannya, terlihat apa adanya akan selalu lebih baik. Itulah yang senantiasa ia pikirkan. 


Glenn menyandarkan punggungnya ke kursi, matanya melihat ke arah jendela yang menampakkan langsung pemandangan kota Seoul, burung-burung bertengger di dahan pohon yang ditutupi salju, berusaha menghangatkan tubuh mereka, dengan bulu-bulu mereka yang tebal. Dan mungkin terasa lebih hangat dari mantel bulu milik Glenn. 


Ini masih pukul 2 siang, tapi udara masih dibawah 15 derajat celcius. Glenn menghembuskan nafas panjang, tak ada kemauan sedikit pun untuk menyelesaikan pekerjaannya. Pikiran nya di penuhi oleh Saki. Jujur saja, baginya Saki adalah hal terbaik yang pernah dianugerahkan Tuhan padanya. Sejak dulu tak ada satupun perempuan yang menarik perhatian nya. Sebenarnya wajahnya tidak jelek-jelek amat. Mata coklat dan rambut hitam itu mampu membuat beberapa gadis terpikat, tapi ia tak pernah tertarik. Baru kali ini seorang gadis sederhana mampu mencuri perhatian nya. 


4 hari setelah nya, balasan e-mail dari Saki sudah tiba. Glenn dengan cepat membuka kotak masuk di laptopnya. 


"Seperti dugaan mu Glenn, langit senja menguning indah di kota hari ini. Meskipun mentari tertutup berbagai gedung pencakar langit, tapi aku dapat merasakan kehangatannya. Bagaimana kabar mu Glenn?. Kabarku kurang baik akhir-akhir ini, aku mendapatkan beberapa masalah sejak kepergian mu. Tapi jangan khawatir, aku secepatnya akan menemukan solusinya. Semoga kamu di sana baik-baik saja, selesai kan  perkerjaan mu. Aku rindu bercerita bersama mu lagi


Salam hangat- Saki "


Glenn sedikit terkejut saat membaca pesan dari Saki. 'Apa masalah yang dihadapinya? ' . 

Tapi ia tepis rasa khawatir itu jauh-jauh, ia tau Saki adalah gadis yang kuat. Glenn mulai menuliskan balasan untuk Saki, jari-jemari nya menari dengan lincah di atas keyboard. 


"Turut berdukacita Saki. Semoga kamu cepat menemukan Solusi atas masalahmu. Sepulang nanti aku akan dengan senang hati mendengarkan semua cerita mu. Semoga kamu bahagia selalu. "


Glenn lantas mengirimkan email nya pada Saki. Namun 1 bulan berlalu dan balasan dari Saki tak kunjung datang. Awalnya Glenn berpikir jika Saki sedang sibuk menyelesaikan masalah nya namun sebulan kembali berlalu dan pesan itu tak kunjung tiba. 


Sampai saat ia sedang menulis laporan terakhir dari pekerjaannya. Seorang rekan kerjanya yang di Indonesia memberi tau sebuah kabar bahwa di kotanya sedang ada sebuah kasus yang jadi perbincangan hangat. Glenn lalu mencari artikel tentang kasus tersebut. 


"ASISTEN PEJABAT KOTA TERLIBAT KASUS PEMBUNUHAN ADIKNYA SENDIRI" 


Glenn seketika membeku di tempat. Raut mukanya berubah keruh, pikirannya melayang kemana-mana. Apakah ini ada hubungannya dengan Saki?. Apakah 'masalah' yang ia maksud adalah kasus pembunuhan itu? . Apakah ini alasan Saki tak membalas pesan terakhir nya?. Jari nya bergerak lincah terus mencari berita tentang 'asisten' pejabat yang dimaksud oleh berita. Seketika seluruh sendinya lemas seketika, dunia seakan berputar cepat di sekitarnya ketika ia menemukan foto Saki tengah menunduk di tempat persidangan dan ditetapkan jadi tersangka. 


Glenn diliput rasa takut dan cemas, ia mempercepat pekerjaannya. Dan mempercepat kepulangan nya. Ia perlu bertemu dengan cinta sejatinya. 

***

Glenn langsung mencari keberadaan Saki begitu ia tiba di kota kelahirannya itu. Selama berhari-hari ia mencari, akhirnya sebuah titik terang hadir dalam hidupnya. Ia menemukan keberadaan Saki di sebuah penjara yang ada jauh di pulau sebrang. Tempat dimana para penjahat kelas atas di kurung dalam lorong kegelapan. Tempat terkutuk yang hanya berisi sampah masyarakat. Glenn membayangkan keadaan Saki saat ini, sendirian dan kesepian. 


Tak menunggu waktu lama Glenn bergegas menemui Saki ke penjara itu, begitu sampai suasana suram sudah menyambut nya. Lorong panjang nan gelap, Orang-orang dibalik sel dengan wajah menyeramkan. 


Petugas sipir menyuruh Glenn untuk menunggu. Tak lama Saki datang, dan langsung duduk berhadapan dengannya. Glenn mengambil telepon di sebelahnya, Satu-satunya alat untuk berkomunikasi dengan Saki. 


"Hai Saki" Sapa Glenn canggung. 


"Hai Glenn, kau semakin tampan saja" Saki tersenyum. 


Glenn balas tersenyum "Apa yang terjadi Saki? Mengapa bisa begini? " Glenn berkata dengan intonasi pelan, takut jika pertanyaan nya menyinggung Saki. 


Saki menunduk "semua yang terjadi tidaklah benar Glenn, semua yang dikatakan oleh orang-orang adalah kebohongan." 


Glenn terdiam, ia tau ini bukanlah hal yang mudah untuk Saki. Saki menarik nafas panjang bersiap untuk melanjutkan cerita nya. 


" Sebelumnya perlu kamu ketahui Glenn. Sebenarnya aku tak menyukai pekerjaan ku menjadi asisten pejabat itu. Sudah banyak sekali kebohongan dan pekerjaan kotor yang aku lakukan. Mulai dari korupsi si pejabat dan yang lainnya. Media tidak pernah tau semua itu, ia begitu pandai menyembunyikan nya.


Sampai suatu hari si pejabat mengajak untuk tidur bersama denganku. Tentu saja aku menolak nya tapi semakin keras aku menolak, maka ia akan semakin berusaha. Ia pikir dengan uang dan kekuasaan tak ada yang boleh menolaknya. Maka Aku memutuskan untuk mengundurkan diri. Lalu saat tengah malam pintu rumahku di dobrak oleh si pejabat dan 2 orang pengawal nya. Adikku sudah ketakutan jadi aku memintanya untuk bersembunyi kamar. Saat aku menghampiri si pejabat dan 2 orang pengawal nya ia meminta ku untuk kembali menjadi asisten nya. Bahkan ia menjanjikan nominal rupiah yang cukup banyak supaya aku mau menjadi asisten nya lagi dan tidur bersama nya. Aku lantas menolak nya dengan tegas. 


Tapi Pengawal langsung memegangi ku dan ia langsung menampar ku dan memukuli ku, lalu adikku langsung ke luar dari kamar sambil menangis dan langsung memeluk ku. Dan yang paling menyakitkan si pejabat yang melihat adikku tanpa pikir panjang langsung memperkosanya di depan mataku sendiri. Sungguh aku sangat hancur melihatnya, Dan aku benar-benar belum bisa merelakan nya. Aku berusaha berontak dan melepaskan diriku dari para Pengawal nya. Si pejabat yang melihat ku melawan langsung mengeluarkan pisau dan ingin menusukku. Tapi adikku justru bangkit dan melindungi ku sehingga dia menjadi terbunuh. Lalu si pejabat langsung pergi melarikan diri. Aku langsung memeluk adikku yang sudah bersimbah darah. Aku benar-benar hancur melihat nya Glenn. Ia satu-satunya saudara yang kumiliki. 


Tak lama si pejabat melaporkan ku atas kasus pembunuhan. Sidang langsung dilakukan. Aku tidak bisa melawan Glenn. Ia menyewa pengacara dan Saksi palsu untuk membuatku masuk penjara. Sungguh aku tidak mungkin membunuh adikku sendiri " 


Saki menundukkan kepalanya lebih dalam, bulir bening itu jatuh dari matanya, semua pertahanannya runtuh seketika di hadapan Glenn. Glenn pun hanya bisa membisu mendengar cerita Saki. Pria itu terdiam, seakan ada sebuah luka di hatinya saat mendengar cerita dari Saki. Ia mengambil nafas panjang sebelum mulai tenang lagi.


Ia menatap lamat-lamat perempuan di hadapannya. Rambut berwarna kecoklatan, wajahnya yang meneduhkan, bibir yang tipis serta hidung yang lancip, belum lagi bola mata hitam pekat yang dimilikinya. Sungguh sayang sekali perempuan secantik ini harus dikurung dalam kejamnya penjara. 


"Aku percaya padamu Saki. Sungguh aku juga tidak menginginkan itu terjadi. Kumohon padamu jangan menangis, kuatlah seperti kau menguatkan ku" ucapnya lembut, akhirnya hanya kalimat itulah yang keluar dari mulut Glenn. Pria itu tak tau apa yang harus ia katakan lagi.


Saki menyeka air matanya kemudian tersenyum. Oh, Tuhan. Senyum itu manis sekali. Ingin rasanya ia memecahkan kaca yang memisahkan mereka agar Glenn dapat melihat Saki lebih dekat lagi. 


"Saki."


"Ya?" 


Glenn terdiam sesaat sebelum akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. "Berapa lagi waktumu?" 


"Haruskah kau tanyakan itu?" Saki tersenyum masam. 


"Aku hanya bertanya" kilah Glenn


"Kurang dari 2 Minggu" 


Mereka berdua terdiam, kali ini tanpa senyum sedikit pun. Sunyi hadir dengan mencekam.


"Kau sangat baik Glenn, aku sangat bersyukur bertemu pria baik seperti mu. Kau adalah hal terindah dalam hidupku" ucap Saki lirih 


"Kau juga Saki, bertemu denganmu adalah anugerah terbaik yang Tuhan berikan padaku. Kamu membuat aku menjadi mensyukuri hidup, kau membuatku mengingat apa itu kebahagiaan, bahkan kau mengajarkanku sedikit banyaknya tentang Cinta."


Perlahan Glenn menempelkan tangan kanannya di kaca, dan Saki ikut menempel kan tangan kirinya diatas tangan Glenn. Meskipun terpisah kan oleh kaca namun mereka seakan berpegang erat. Hari itu jiwa mereka saling berpelukan, dua hati manusia itu saling bertaut. 


***

Tepat 10 hari sejak pertemuan terakhir Glenn dengan Saki, Glenn duduk di jajaran bangku para saksi yang akan menyaksikan eksekusi suntik mati. Ranjang eksekusi ditempatkan di ruangan serba putih dipisahkan oleh kaca tebal berjarak 2 meter dari jajaran bangku saksi. Beberapa eksekutor sedang sibuk mempersiapkan peralatan. Glenn benar-benar tidak ingin melihat semua itu, Ia hanya ingin memejamkan matanya dan melamun. Jari telunjuknya terus bergerak sedari tadi, rasa gugupnya tak kunjung hilang.


"Saudara Glenn, mohon ikut saya" Glenn mendongakan kepalanya, dilihatnya seorang sipir perempuan sudah berdiri di samping tempat duduknya. Ia lantas berdiri dan mengikuti sipir tersebut. 


"Permintaan terakhir saudari Saki adalah bertemu dengan anda" ucapnya. 


Glen terus mengikuti sipir tersebut sampai akhirnya mereka berdua tiba di salah satu sel. Seorang perempuan keluar dari teralis ia baru saja dibacakan doa pengampunan dosa oleh pemuka agama. 


Glenn dan Saki saling berhadapan dalam diam, tak satupun kalimat yang bisa keluar dari mulut mereka berdua. Glenn langsung memeluk Saki dengan erat. Untuk pertama kalinya tubuh mereka berdekapan, untuk pertama kalinya dan yang terakhir kalinya bibir mereka saling bertaut. Glenn tak mampu menahan diri. Pertahanannya runtuh, tangisnya pecah seketika.


"Jangan menangis Glenn, kuatlah seperti kau menguatkanku. Ini adalah saat terakhirku di dunia dan bukan tangis mu yang ingin kulihat, melainkan senyuman mu" Saki memegang kedua pipi Glenn dengan lembut. 


Waktu mereka telah habis, Dengan berat hati sipir penjara memisahkan mereka. 


Glenn berdiri tepat di depan kaca tebal, yang memisahkan mereka berdua. Saki berbaring di ranjang putih tersebut. Mata mereka kembali bertemu, sebisa mungkin Saki mencoba untuk tersenyum menelan semua kenyataan pahit dan perasaan  yang dirasakan nya.


Begitu juga dengan Glenn, bibirnya perlahan mengucapkan "Aku mencintaimu" walaupun Saki tak mendengarnya, tapi dia tahu apa yang diucapkan Glenn dari gerak bibirnya. Ia tau, bahwa masih ada yang percaya dan mencintainya disaat-saat terkahir nya. Perlahan dia memejamkan matanya semuanya telah berakhir, kecuali perasaan cinta mereka. 


~ Epilog ~ 


Glenn duduk sendiri di beranda rumahnya, laptop yang sudah hampir satu jam tak tersentuh di depannya masih setia menemaninya. Dia menutup matanya, menarik nafas dalam-dalam. Mengingat kembali wajah cinta sejatinya yang sudah pergi meninggalkan nya. Ia tak tau apa yang harus dilakukan, namun saat membuka matanya. Langit oranye seakan menatapnya dengan lembut, senja kembali datang dengan segala kenangannya. Pria itu tersenyum, ia merasakan kehangatan Saki melalui sang mentari. 


"Aku selalu dapat merasakan kehadiran mu Saki, kau seperti tidak pernah benar-benar pergi" ucapnya lembut. Seketika perasaannya menjadi senang. Ia lantas mengambil laptop di hadapannya. Mengetikkan sebuah judul untuk laporan terbarunya. 


"KETIKA HUKUM MILIK YANG BERKUASA

(fakta dibalik kematian adik dari asisten pejabat kota)" 


Glenn tersenyum melihat layar laptop nya. Matanya kembali melihat langit sore yang begitu indah. 


"Akan ku pastikan kamu mendapat keadilan Saki" ucap Glenn pelan. Itu adalah awal dari sebuah kisah baru dalam hidupnya.


-Pocahontas-

-X MIPA 3-


Komentar

Postingan Populer