Penumpang Tak Berwajah

Steve Matt (X IPS 4)


Pada malam itu, Tepatnya tanggal 19 November 2001 Saat aku Sedang Mengemudikan Taksiku Menuju Arah Pulang ke rumah, Jam sudah Menunjukkan Angka 23:55.

 Disaat aku Melewati Pepohonan Yang rindang Nan gelap, Ada seorang wanita berdiri Di tengah Jalan Sedang Melambaikan Tangan ke arah Taksiku. 


Berbadan tinggi, Tegap, Berkulit Putih dan Memakai Baju Putih Dan Topi yang besar seperti Noni Belanda pada Jaman dahulu, aku Berpikir,

‘‘Apa yang Dilakukan Wanita ini Di tempat dan Waktu seperti ini? ‘‘ Ucapku Dalam hati. 


Aku Menghampirinya sambil Membuka Kaca Jendela, Tetapi Wajahnya tidak terlihat Karena Terhalang Oleh Topi Yang besar itu. 


‘‘Selamat Malam non, mau Ke mana ya?’’ Ucapku setelah Memberhentikan Mobil. 


‘‘Saya Mau pulang, Rumah Saya di dekat Kerkhoff Sawahlunto mas’’ Ujarnya Dalam kesunyian malam Itu.  


‘‘Baiklah, Masuk saja Saya akan Antar Sampai Situ Tetapi Nanti Tuntun saya Jika sudah Didekat Situ ya, Saya tidak Terlalu Paham Jalannya Di daerah Situ’’ Ucapku Karena tidak Tega meninggalkannya Sendiri Di jalan Ini. 


‘‘Terima kasih Mas’’ Ucapnya dengan Aksen Belanda yang Sangat Kental. 


Aku pun Mulai Memacu Mobilku. 


Sudah sekitar 15 menit Berlalu, Udara terasa sangat Dingin Di Mobil Sehingga Aku Mematikan Ac mobil, Tidak ada Pembicaraan sama sekali Antara aku dan Dia.

Sambil Menyetir, Di dalam Benakku Masih ada perasaan Menjanggal Karena Mengapa wanita ini Berpakaian Seperti ini dan Mengapa dia ada di tengah Jalan Yang sepi dan Minim Penerangan tetapi aku Masih berpikir Jernih. 


 Aku berinisiatif Membuka Obrolan agar suasana Tidak Terlalu Canggung. 


‘‘Non Umur berapa?’’ Ucapku sambil tersenyum. 


‘‘Ratusan Tahun Mas’’. 


‘‘Wah Bisa Saja Non ini Kalo Bercanda ha...ha...ha...’’ Tutur ku Agar mencairkan Suasana. 


‘‘Maaf , Dilihat Dari kulit, aksen, dan Pakaian nya Non orang Belanda ya?’’ Sambung ku. 


‘’Iya mas, saya orang belanda’’. 


‘‘Wah Memang Keturunan atau Asli dari Belanda Langsung non?’’ Tanyaku kepada dia. 


‘‘Saya Memang Asli belanda mas Tetapi tidak bisa pulang’’ Ujarnya. 


‘‘Wah ada masalah imigrasi ya Non? Semoga Cepat Teratasi masalahnya’’ Ucapku Dengan Sok Tahu. 


‘‘Tidak mas Memang saya Sudah Tidak bisa lagi, Kan Saya sudah Meninggal;’’ Ucapnya sambil terkekeh kecil


Badanku Tiba-tiba Merinding Mendengar Ucapannya itu, Tetapi aku tetap Tenang Dan melanjutkan Pembicaraan. 


Jalan Demi Jalan Sudah ku lalui, Cuacanya tidak Hujan Tetapi Udara di Mobil Terasa sangat dingin Walaupun aku Sudah mematikan Ac nya Dan bulu Kuduk ku Berdiri dan Perasaan ku Sudah Mulai Tidak Nyaman. 


‘‘Mas orang Mana? Ucapnya. 


‘‘Saya Asli orang Jawa non Di Banyumasnya’’. 


‘‘Sedang Merantau disini ya mas?’’ Tanyanya kepadaku. 


‘’Benar non’’ Sambungku Menjawab Pertanyaan nya. 


‘‘Hidup Di masa Sekarang Enak ga mas’’ Tanya nya . 


‘’Maksudnya Bagaimana Ya non?’’ Tanyaku Sembari kebingungan. 


‘’Kan di Masa saya dulu banyak Pemuda Yang berjuang Melawan Kompeni Sampai mati Matian  dan Banyak Yang Tidak Sejahtera, kalo kamu Hidup dimasa seperti ini Rasanya bagaimana mas?’’ Tanyanya. 


‘’Wah bagus sih non, sejahtera. Tetapi Non Kok selalu menundukkan kepala?’’ sambungku setelah menjawab pertanyaannya yang sangat aneh itu. 


‘‘Kan saya Ga punya Muka mas’’ Ujar noni Belanda itu Sambil Tertawa kecil. 


‘‘h--ah..ha..ah’’ Aku pura pura ketawa dalam ketakutan yang luar Biasa ini. 


Sudah Sejam Berlalu, Aku sangat Ketakutan Karena Dari jawaban-Jawaban Nona itu Dan ia tidak Pernah Menunjukkan Mukanya, Aku Memacu Mobil Lebih Cepat dari biasanya Lantaran Aku tidak nyaman Dengan Situasi Itu. 


Meskipun Udara pada Saat itu Sangat dingin, Air keringat ku mulai Bercucuran seperti Gerimis yang Turun Di luar Mobilku, Tangan Ku Sedikit gemetar akan Tetapi aku Berusaha untuk Tenang Dan tidak Panik Sampai Lokasi. 


Lokasi Yang kutuju sudah Mulai Dekat, Lantas untuk memastikan Alamat noni itu. Aku. Bertanya 


‘‘Non Sudah Mulai Dekat, Tolong arahkan Saya’’ Ucapku . 


‘‘Baik mas, Akan Saya arahkan’’ Ujarnya. 


Hujan Sudah mulai Semakin  Deras, Jalan pada saat itu sepi hanya ada lampu warga Dan ada Beberapa Bapak-bapak Melakukan ronda. 


Tidak Lama Setelah Melewati Mereka, Anehnya Noni Itu Tiba tiba Tertawa Terbahak Bahak Dengan Keras, Ia tertawa cukup lama, Penasaran Mengapa Ia Tertawa, Aku bertanya kepadanya. 


‘‘Non Kenapa Anda tertawa?’’ tanyaku kepadanya. 


Tetapi Pertanyaanku Dibalas Dengan Kesunyian Yang Mendadak, hanya ada Aku dan Dia Di jalan itu ditemani Dengan Suara hujan Yang Semakin deras

5 menit Berlalu, Tibalah aku saat melihat Kuburan di samping gereja yang berada di Ujung Jalan itu. Aku berpikir Akhirnya sudah sampai, Tetapi Suara tangisan dari Noni itu Mulai terdengar Serta Bau amis Yang amat kuat, Suara tangisan yang terdengar Semakin lama semakin membesar saat aku Mulai Menghampiri Jalan di samping Makam Itu , Ia berteriak layaknya Kesakitan yang amat Dalam Tetapi Karena aku sangat Takut, aku Tancap gas Tanpa Bertanya kepadanya Karena Ketakutan Ku yang sangat besar. 


Saat ku Sudah sampai di samping Makam Itu suara Tangisan Dan jeritannya Tiba tiba Berhenti, Tetapi Bau amis Yang kian Pekat Membuatku Sangat mual, Sambil Menahan Mual, Aku Berkata Kepadanya. 


‘‘Non.....Anda sudah mencapai Tujuan’’ Ujarku Sambil Sedikit terbata bata Dan Perasaan Lega Mengira Bahwa Kejadian ini Sudah Selesai Sampai disitu


‘’ha...ha...ha...’’ Dia tertawa tanpa sebab Sambil memberiku Uang Yang sangat Banyak. 


‘‘Non...Ini Uangnya Terlalu banyak’’ Ujarku kepadanya. 


Tanpa Berkata kata ia langsung keluar mobil. 

Aku Merasa Heran Dan Tidak Pantas mendapat Uang Sebanyak Itu, Walaupun Banyak Kejadian Menyeramkan Yang ku Lalui Tetapi Uang Yang diberi Noni Itu Terlalu besar.

 Jadi Aku Berinisiatif Untuk Mengatakan kepadanya, Sesaat setelah Ia keluar Dari Mobilku, Aku Langsung Menoleh ke Luar Mobil Hendak mengembalikan Uangnya. Akan tetapi mataku Langsung Tertuju Ke mukanya Yang Datar, Tidak Memiliki Muka ataupun hidung, Baju Putih Nya yang bersih Menjadi Bercak- bercak Merah Dan Ada Lubang kecil Seperti Lubang Bekas peluru Di tengah Warna itu, Saat itu Aku sangat Ketakutan Dan saat melihat Ke depan duit yang Sangat Banyak itu Berubah menjadi Daun Mati, aku menoleh ke belakang memberanikan Diri untuk menegur nona itu Tetapi Terlambat sudah, Meskipun hanya berseling 3 detik Noni belanda itu Hilang entah   Ke mana. 


Segera aku Tancap gas memutar arah Menghampiri Para Bapak bapak yang kulewati saat mengantar noni itu. 


Sesampainya Disana, Aku menghampiri mereka Dengan Tergesa Gesa dan Aku bercerita Tentang Hal yang Baru saja ku alami dengan Terbata bata, Saat di tengah-tengah aku sedang berbicara, ada Bapak bapak bernama Arkana yang memberiku teh hangat Untuk lebih tenang dalam menceritakan nya. Setelah Bercerita Seorang bapa lainnya Bernama Anto mengatakan Kepadaku Memang Sering Terjadi seperti itu Dari zaman dahulu, Pak anto Mengatakan Bahwa Dari Mitos yang beredar Noni belanda itu adalah Noni Yang teramat Cantik Yang berasal pada zaman kolonial  Dan ia merupakan Salah satu Primadona desa, Tetapi semua berubah saat transisi Pendudukan Jepang atas Indonesia. 


Saat Ia dirumah-Nya tentara Jepang datang dan mengikat dia, Ia di jadikan Alat pemuas Nafsu Mereka, Sesudah itu Mereka Membunuhnya dan memutilasinya, Kepalanya Dihancurkan Hingga Tak terbentuk Lalu dibang 

 Ke mana, Aku pun Terkaget mendengar cerita dari bapak itu. 


Saat Aku sudah Mulai Tenang Aku Memilih Menemani Bapak bapak itu ronda, Karena waktu Sudah tengah Malam, beberapa jam menemani mereka Mataku sangat Mengantuk, beruntungnya aku di biarkan Menginap Di rumah seorang bapak lainnya Bernama Steven, Aku Tidur disana lalu Ke esokkan paginya aku langsung berangkat pulang ke rumah, Bersyukurnya aku sudah dibantu oleh Bapak bapak itu.



Komentar

Postingan Populer